Hai friends ^^
now i'll give you an Indonesian essay. I wish you could make an essay easily. I made it when I was in grade 12 senior high school. This is the first time I made essay, so, lets read this and don't forget to give a comment to my blog, OK?
Esai adalah suatu karya berisi opini-opini yang dibuat oleh seorang penulis untuk meyakinkan para pembacanya. Biasanya esai berisi opini-opini dari suatu fenomena yang terjadi di sekitar penulis, baik fenomena regional maupun internasional. Cara menulis esai dengan memberikan beberapa opini yang didasarkan pada sebuah fakta.
Apa rahasia menulis esai yang baik dan benar?
- Jangan menganggap menulis sebuah esai adalah hal yang menyusahkan. Kalian harus berpikir ke depan bahwa guru memberikan kita tugas esai untuk bekal kita kuliah nanti (TIPS ANAK SMA).
- Anggaplah bahwa menulis esai sama dengan memberikan kritik. Kalian pasti bisa kan mengkritik ini itu? :)
- Sebelum menulis esai, ada kalanya kita menentukan isi dari sebuah esai. Contoh : mau memberi kritik tentang banjir? Ya baca dulu beritanya, sebabnya banjir itu apa saja, contoh esai banjir itu seperti apa supaya kalian bisa terbuka dan tergugah untuk memberikan opini yang berdasar pada fakta :)
Supaya esai kalian tidak dianggap remeh sebagai "esai asal copy paste" , kalian perlu untuk menunjukan fakta-fakta yang berhubungan dengan isi esai kalian.
Caranya? Caranya dengan mencantumkan beberapa kutipan. Contoh kutipan :
Dan yang terakhir adalah :
"Esai yang baik berisi 500 sampai 800 kata."
Inilah contoh esai :
Tradisi Bertamu Modern dengan
Menelepon dan Mengirim Pesan Singkat
Pada hakekatnya, manusia adalah makhluk
sosial yang selalu ingin berkomunikasi dengan manusia lain, baik berkomunikasi
secara individu maupun kelompok. Terdapat berbagai macam cara berkomunikasi,
mulai dari mengobrol, menelepon, mengirim surat, dan salah satunya dengan
bertamu. (KBBI, 1989) Bertamu adalah kegiatan datang berkunjung ke kediaman
seseorang dengan suatu tujuan, sedangkan pengertian bertamu dari segi agama
Islam adalah kegiatan berkomunikasi yang dilakukan seseorang kepada
keluarganya, saudara, teman, tetangga, atau sahabat yang bertujuan untuk
menjaga dan menjalin tali persaudaraan ataupun untuk keperluan lain dalam
rangka menciptakan kebersamaan di antara keduanya. (Linggayani, 2013)
Kegiatan bertamu telah menjadi tradisi
umum masyarakat Indonesia. Sebelum bertamu tentunya setiap orang memiliki tata
caranya masing-masing. Ada tata cara bertamu dari beberapa masyarakat yang
sebelum bertamu mereka memberikan kabar terlebih dahulu melalui pesan singkat
dan telepon kepada sanak saudara atau temannya bahwa ia akan bertamu pada hari
dan jam yang telah ditentukan dan disepakati, tetapi ada juga masyarakat yang
inisiatif datang bertamu tanpa memberi kabar terlebih dahulu.
Di sisi lain, kegiatan bertamu yang baik
bukan hanya dilihat dari segi memberi kabar terlebih dahulu sebelum bertamu.
Namun, juga perlu diperhatikan ketika seseorang sudah berada di depan rumah
yang akan dikunjungi. Sebelum tuan rumah membukakan pintu, tentunya masyarakat
sudah memegang tata cara bertamu secara baik yang sudah mendarah daging. Pada
zaman dahulu, tata cara seseorang yang bertamu pasti akan diawali dengan membuka gerbang kemudian masuk ke teras lalu
mengetuk pintu rumah sembari mengucapkan salam dan menunggu sampai pemilik
rumah tersebut membukakan pintu untuk sang tamu. Namun, semakin pesatnya perkembangan
iptek dan zaman yang semakin modern, beberapa orang mulai meninggalkan cara
bertamu yang baik tersebut. Mereka lebih menyukai bertamu ala modern yaitu tanpa
mengetuk pintu rumah dan mengganti cara bertamu tersebut dengan menghubungi
pemilik rumah dengan menelepon atau mengirimkan pesan singkat. Alasan mereka
bermacam-macam. Ada masyarakat yang menganggap bahwa dengan menelepon pemilik
rumah, otomatis pemilik rumah akan mengangkat telepon kemudian membukakan
pintu. Ada juga yang berpendapat bahwa ia sudah mengetuk pintu rumah, namun
tidak ada yang membukakan pintu, dan tamu tersebut tidak ingin berteriak
berkali-kali mengucapkan salam karena bisa mengganggu ketenangan tetangga,
sehingga tamu tersebut lebih memilih menelepon pemilik rumah untuk membukakan
pintu. Alasan tersebut bisa dimaklumi dan masuk akal, tetapi beberapa orang
tidak sadar bahwa dengan menelepon pemilik rumah, berbagai dampak negatif
muncul.
Pertama, sang tamu
terkesan tidak sopan. Umumnya masyarakat ketika bertamu selalu mengetuk pintu
dan mengucapkan salam kemudian menunggu sampai pemilik rumah membukakan pintu,
bukan dengan cara menyuruh pemilik rumah melalui telepon dan pesan singkat
untuk membukakan pintu. Jika penghuni rumah penerima tamu belum ada yang
membukakan pintu, lebih baik sang tamu menunggu terlebih dahulu di teras rumah
atau bertanya pada tetangga.
Kedua, bertamu modern dengan
menelepon dan mengirim pesan singkat pemilik rumah, sang tamu terkesan sebagai
pribadi yang tertutup dan tidak ingin menjalin tali silaturahmi dengan keluarga
penerima tamu. Padahal dengan bertamu, tamu bisa mengenal keluarga dari sang
penerima tamu, sehingga bisa memperluas tali silaturahmi dengan keluarga
penerima tamu. Namun cara bertamu modern dengan menelepon dan mengirim pesan
singkat tersebut jika terus berlanjut akan menimbulkan dampak selanjutnya yaitu
keluarga penerima tamu tidak bisa melacak dan mengetahui hubungan antara
penerima tamu dengan sang tamu. Hal ini tentu saja akan sangat berbahaya bagi
anak-anak dan remaja yang masih dalam tahap menuju dewasa karena orang tua
tidak bisa melacak pertemanan anak-anaknya.
Ketika, bila sang tamu
sudah menjalin hubungan yang akrab dengan penerima tamu, tentunya sang tamu
akan selalu datang berkunjung. Jika sang tamu selalu bertamu dengan cara
menelepon tanpa mengetuk pintu rumah, pastinya tamu tersebut akan menimbulkan
kesan tidak sopan di lingkungan tempat
tinggal dan keluarga penerima tamu tersebut serta akan menimbulkan
persepsi, “Sering datang namun tidak
pernah mengenal keluarga penerima tamu.”
Keempat, bertamu ala
modern termasuk ke dalam perubahan sosial skala besar karena bisa melunturkan
tata cara bertamu jaman dulu yang lebih sopan. Selain itu, bertamu ala modern
mampu meningkatkan rasa egois dan sikap acuh tak acuh dengan kedatangan tamu
pada setiap individu. Rasa egois tersebut digambarkan pada sikap tamu yang
hanya ingin berhubungan dengan penerima tamu tanpa ingin mengenal anggota
keluarga penerima tamu yang lain. Sedangkan sikap acuh tak acuh digambarkan
dengan bergumamnya kalimat, “Halah. Dia kan tamunya si X, untuk apa aku
membuatkan minuman untuknya? Tuh orang juga tidak sopan, bertamu setiap waktu
tetapi tidak mengetuk pintu?” yang diucapkan dalam hati oleh seorang anggota
keluarga penerima tamu terhadap tamu dan penerima tamu. Bayangkan saja jika
bertamu ala modern menimbulkan dua keburukan ini. Entah apa yang akan terjadi
pada masyarakat Indonesia pada generasi selanjutnya.
Apapun cara bertamunya,
setiap orang memiliki gaya bertamunya masing-masing. Cara bertamu modern
sebenarnya baik, meskipun menimbulkan beberapa dampak negatif yang lebih banyak
dari cara bertamu gaya lama. Namun alangkah lebih baik jika kita tetap
melestarikan tata cara bertamu dengan mengetuk pintu rumah karena demi kebaikan
bersama antara sang tamu dengan pemilik rumah penerima tamu. Selain itu, tata
cara bertamu dengan mengetuk pintu rumah lebih sopan dan bisa menurun ke
generasi selanjutnya.